Jumat, 17 Desember 2010

“Balada Anak Bungsu”

Drama Role Player Kesurupan


Cast: -----Anak Kesurupan--------
Teman-teman lain jadi figuran, maybe jadi background, jadi pohon ato jadi anginnya..hehehe becanda atuh....^_^







Kita mulai ceritanya.....

Di zaman di mana semua jadi ndeso dan norak, hiduplah keluarga Yuk Ijah beserta ke-4 anaknya yang nakalnya naudzubillah min dzalik. Ada Kang Bagus, Cece sung, A’a Hasan dan yang terakhir si Bungsu Ely. Mereka hidup sederhana semenjak bapaknya yang mempunyai inisial rahasia yang nggak semua anak tahu, yaitu U.L.U.M. kelindes becak gara-gara nyebrang nggak liat jalan, jadi ya wassalam sudah. Lanjut cerita, Yuk Ijah yang tinggal sendirian dengan anak-anaknya kadang-kadang bingung untuk menghidupi anak-anaknya. Biasanya hanya berjualan koran, daun bekas dan apapun itu yang bisa dijual. Bodohnya, anak-anak Yuk Ijah tidak sadar malah mereka tidak mau menolong ibunya menyambung hidup...................Sungguh terlalu....#rhoma irama mode on^_^V
Kala itu Kang Bagus sedang miteni cacing buat mancing di kali. Beda lagi sama Aa’ Hasan yang nyiramin semak-semak, alesannya biar seger (kurang kerjaan....iya ==’). Terus Cece Sung sibuk ngitungin biji wijen pake sempoa di pojok rumah, batinnya ada berapa biji wijen yang nempel di kue onde-onde kesukaannya itu. Nah yang terakhir si Ely liatin kakak-kakanya yang rada saraph.
“Hauhauh....STRESS kabeh, mending turu ae lah. Ibuk belum dateng, laper lagi.”, jerit Ely dari kejauhan.
Sontak kakak-kakaknya melihat ke arah Ely, herannya kok pas pose Ely sedang molet dengan mulut terbuka dengan selebar-lebarnya. Sejenak semuanya heran lalu melanjutkan pekerjaan mereka sebelumnya dengan tatapan ilfeel-nya. Gara-gara itu Ely memeluk Teddy Bear-nya ke dalam gubuk marmer untuk tidur. Dengan cepat Cece Sung mencegahnya, sambil memandangi onde-onde nya dengan seksama.
“Eh, kowe tau iki ono piro wijen-e??” Logat Jawa Cece sung keluar.
“Nem atus rong puluh.”. jawab Ely santai.
“Mak eruh kown ??” Balas Sung lagi.
“Age itungen dhewe awas yo lek sampek arek SUJU nungging-nungging mangan donat, tak pangan onde-onde mu, Ce.” ujar Ely dengan malesnya.
Dengan tatapan aneh dan penuh harap agar onde-onde nya tidak dimakan Ely, dia mulai menyingkir. Saat itu Ely berangan, ingin kakak-kakaknya waras tidak seperti ini. Tapi secara kenyataannya, Yuk Ijah lebih sering njewer, membanting dan memarahi Ely daripada kakak-kakaknya. Ya....you know lah, Ely anak bungsu yang nggak bisa diam.
Bersamaan masuknya Ely, Aa’ Hasan juga masuk tapi beda arah.
“Mau ke mana?” Tanya Ely
“Masak Indomie nggawe cabe nemu, gelem ta?”
Langsung, Ely lagak berdisko ria. Menggeleng-gelengkan kepalanya tanda tak mau dengan jawaban kakaknya, Hasan. Maklum di antara kakak yang lain, Hasan suka bereksperimen dengan apa pun itu temuannya. Contoh : Kabel telepon putus di jalan dibuat tali jemuran di belakang rumah, spanduk pemilu tahun lalu dibuat jadi roknya Cece Sung dan Cece Sung nggak sadar (haduh....parah!) dan eksperimen lainya, termasuk cabe temuannya kali ini.
Di Pasar.....
Yuk Ijah yang sudah siap jualan resoles ronde kedua kali ini menyiapkan megaphone. Habisnya suara sudah tamat di babak pertama. Dengan semangat seadanya dia berteriak.
“Ayo Les-Re-So, Les-Re-So yang banyak-banyak, dibeli AYO!!!” Jejerit Yuk Ijah memecah pasar.
Tak lama ibu-ibu mengerumuni stand-nya Yuk Ijah. Mereka sepertinya tertarik membeli salah satu dari Resoles itu.
“Bu, Iki tuku sewu ae.”, tiba-tiba ada yang menyahut
“Bah mak ngono Jeng Kiki? Entuk mek separuh, iki sijine 2ribu loh.”, pekik Ijah
“Jarno wes, iki aku paruhan mbek Jeng Tiara ae, gelem yo, Tir?” Menoleh ke Jeng Tiara.
Dengan sekali jawaban “Emoh...Ndul”
“Huh, yo weslah tuku 1 ae gawe hamsterku. Maybe ae doyan.”, reaksi Jeng Kiki polos.
Karena dirasa menguntungkan, Yuk Ijah langsung membungkus resoles dan memberikannya pada Jeng Kiki yang sudah nafsu. Eh, nggak sampe 1 jam resoles 40 biji ludes diserbu ibu-ibu di pasar. Sambil kipas-kipas uang Yuk Ijah pulang dengan senang ke rumahnya. Pikirnya bisa melunasi hutang dan memblikan seseuap nasi bagi anak-anaknya. Di tengah jalan, Tante Nody mencegat Yuk Ijah.
“Oh, senang ya punya uang. Pasti sekarang mau bayar utangmu kan?” lagak Tante Nody.
“Ampun, Nya! Ini buat makan anak-anak saya. Soal hutang, saya bayar secepatnya.”, jawab yuk ijah dengan muka babi facenya.
Dengan muka sadisnya, para bodyguard bergaya hawai dengan baju kembang-kembangnya mulai menjarah uang yang dipegang Yuk Ijah.
“Coba sini liat, Chiesa ada berapa uangnya?”
“Uhm....uhm.....uhm.....pito iki, Nal?” Chiesa yg kebingungan melihat recehan menyerahkannya ke Yanal yang nggak kalah bingung ngitungnya.
Kresek item yang isinya cuma koin ratusan + 5 ratusan itu jadi bahan kebingungan para bodyguard Tante Nody. Gimana bisa ngitung ada berapa ternyata daritadi Yuk Ijah kipasan pake nih uang receh. Kali ini Tante Nody yang sudah nggak omes langsung ngerebut tas kresek itu dan mengahmburkan receh tadi di sekitar Yuk Ijah dengan muka menyebalkan. Sebaliknya Yuk Ijah dengan adegan diperlambat menangis tersedu-sedu. (terlalu dramatis??......emang ==’)
“Dasar miskin..... tau nggak? Recehan kayak gini cuma buat orang kerokan di perempatan!!” Sindir tante Nody lugas, menusuk relung terdalam Yuk Ijah. Sakiiiiiitt......cekit...cekit... ==’
“Pokoknya dalam waktu 1 minggu kamu harus bayar utang plus bunga 80% atau serahkan salah satu anakmu padaku!!”
Teriak Tante Nody tepat di depan muka Yuk Ijah dan setelah itu Tante Nody langsung pergi beserta para antek-anteknya yang berbaris memanjang di belakang. Saat itu dengan cepat Yuk Ijah memunguti recehan tadi dan bergegas pulang untuk menemui anak-anaknya. Sebenarnya Yuk Ijah sanagt kepikiran dengan syarat terkahir dari Tante Nody bila tidak membayar hutangnya. Dia terus berlari seakan hantu mengejarnya. Bersamaan Yuk Ijah melewati barisan pepohonan----(CAUTION : bayangkan pohon itu diperankan Akmal, Ishak dan Melinda!!)

POV Pohon
---Pohon Ishak, “Eh, mreneo iku op’o Yuk Ijah mak mblayu??”
---Pohon Melinda, “Kown takon aku, aku takon sopo? Jaremu, Mal?”
Ternyata pohon Akmal sedang melaksanakan panggilan alam untuk pergi ke WC pohon (heh???........emang bisa? HANYA DI SINI ANDA BISA MENEMUINYA)
---Pohon Akmal, “Po’o le?? Oalah Yuk Ijah ta? Iku mau mblayu soale aku goyang2 nggak jelas ning warunge Pak Pohon Ilham, nah mari ngono keweden Yuk’e.”
---Pohon Melinda dan Pohon Ishak bersamaan ngomong, “OH---!!”

POV Yuk Ijah di rumah
“Mati aku, yak opo iki yo??” Bisik Yuk Ijah ketika melihat anak-anaknya bermain di ruang tamu.
“Sopo mati, Mak?” Sahut Cece Sung yang kebetulan punya pendengaran tajam.
Dengan gelagat khawatir bercampur aduk Yuk Ijah menjawab, “Itu kambing Bang Rizha kampung sebelah khintir di kali.”
“Ahh masa? Tadi aku masih main sama kambingnya di dekat kali kok buk!” Seru kang Bagus.
Karena tatapan ilfeel Ely, Kang Bagus langsung mendem dan berusaha untuk tak cari gara-gara sama adiknya. Cece Sung saat itu membantu membawa barang bawa’annya Yuk Ijah dengan rasa yang masih penasaran akan sikap ibunya itu. Kantung berisi uang itu digerak-gerakan Yuk Ijah sehingga menimbulkan suara nyaring. Ternyata saat itu dalam keadaan gugup, jadi kan kebanyakan orang gemetaran semuanya bergerak termasuk tangannya. Tak lama setelah bunyi recehan berlebihan itu dibunyikan di depan pintu, jatuhlah tas kresek itu dan buyarlah rangkaian koin receh itu.
“O-M-G, YAK OPO IKI ????!!!! AKU ORA NDUWE LE!!!” Jerit Yuk Ijah sambil pegang kepala dengan tangan diputer-puter sekelilingnya.
Spontan Ely bersua, “Buk.......Ojo macak gendheng buk Isin aku! =0=”
Mendengarkan perketaan Ely, Yuk Ijah langsung pergi ke kamarnya serta merta menutupnya dengan rapat. Okeh, saat itu keadaan rumah sudah berubah menjadi genting penuh tanda tanya......(wait, bukan genteng loh!!!) Langsung saja, Kang Bagus dan Aa’ Hasan tahu harus memarahi siapa.
“Oh, ncene arek ndableg!! Ojo ngono karo ibuk le!!” Maki Aa’ Hasan.
“Iyo, iki pisan chilik elek mengkithik. Meneng kown le!!” Tambah Kang Bagus membuat emosi.
Tatapan Ely berubah menjadi layaknya orang menggebu-gebu dan menolak pantulan silau dari kedua mata kakak laki-lakinya. Ely pergi ke luar rumah karena sudah tidak tahan sebagai anak bawang di rumah itu. Pikirnya ia tahu akan sesuatu mengenai ibunya dan ia akan mencari tahu.
“Hoi...ndul!! Arep nang endi kown?? Panggil seseorang mengagetkan Ely.
“Aku nggak gundhul le!! Oalah...suceng ta??!” Balas Ely
“Boh..elek kown, kemaren aku naik 2 kilo yo, nggak keceng maneh.”, celetuk Fitri yang berjulukan suceng.
“Bangga kown??” tiba-tiba Ely teringat akan sesuatu,”Eh iku emakmu opo’o karo makku??”
Dengan gelengan kepala Fitri, Ely bsudah mendapatkan jawaban. Tapi sesaat Fitri teringat akan sesuatu. Ia ingat akan larangan ibunya, Tante Nody untuk bermain dengan Ely. Mungkin ia pikir soal itu. Oh ya di sini Fitri itu teman baik Ely tapi karena ada masalah dengan Ibunya Fitri, Tante Nody dan Yuk Ijah, ibunya Ely.
“Mungkin soal utang piutang itu. Ibuku pisan stres ning omah.”, ujar Fitri menjelaskan.
Selanjutnya di malam bulan purnama itu, Fitri bercerita panjang lebar perihal utang-piutang Yuk Ijah. Dari A-Z Ely mulai mengerti sikap ibuknya jadi begitu tadi di rumah. Karena Fitri dirasa tidak memiliki banyak waktu untuk bermain di luar bersamanya. Maka ia langsung beranjak pergi meninggalkan Ely di pematang sawah. Yang kebetulan kali ini Ely sedang dipandangi Bulan dan beberapa bintang (CAUTION : Kali ini bayangkan Wisnu sebagai bulannya, Nadia , Intan dan Desi sebagai bintangnya.

POV Bulan dan Bintang
---Bulan Wisnu, “Eh iku sopo oren2 ?? silau bgt tau g sih loe!!
---Bintang Intan, “Iku Ely, sing bisane nyolong timune Bu Rahma iku loh!!”
---Bulan Wisnu, “Cek elek-e nggawe oren2 ning sawah....”
Sesaat kemudian melesatlah Bintang Nadia yang hampir menabrak Bulan Wisnu. Dengan terburu-buru Bintang Nadia ikutan nimbrung sama Bulan Wisnu dan Bintang Nadia.
---Bintang Nadia, “Eh sorry, Nu!! Nggak sengaja, kayak biasanya hehehe ^_^”
---Bulan Wisnu, “Oh kown iki biasa!! Wes eruh aku sering kena timpuk asteroid, deloken raiku iki.”, sambil menunjukkan mukanya.
---Bintang Nadia, “Eh eh...iyo yo nu!! Sek mulus, Nu!”
Bersamaan Bintang Desi yang dari tadi tidur di balik bayangan Wisnu bangun gara-gara kegaduhan paling nggak penting di langit.
---Bintang Desi, “Eh, rek...wes mangan?? Aku kok pengen pecel yo!”
---Bintang Intan, “Boh iku loh di kantin Andromeda ada. Eh titip gorengan lah!!”
---Bulan Wisnu dan Bintang Nadia, “Huuuu...nggak nyambung kabeh lah kah!!”


Memang benar Ely yang sedang termangu mencari solusi untuk ibunya di pematang sawah dengan khusyuk. Beda lagi di rumah yUk Ijah yang hampir terjadi perang dunia ke 15. Pertarungan memperebutkan makanan terjadi antara Aa’ Hasan dan Cece Sung. Hyaaattttt!!! ----Cerita sebelumnya---
Sekitar maghriban rumah Yuk Ijah kedatangan tamu. Sekitar dua orang mengetuk pintu dengan membawa kotak terbungkus tas kain berwarna hijau. Terlihat bila itu dari Bu restie dan Bu Sepma dari balik pintu
KNOCK......KNOCK....KNOCK.....--> sok inggris
“Permisi, ini ada berkatan Yuk!! Teriak Bu Restie dari luar pagar dari ijuk sapu itu.
Mendengar suara teriakan itu, anak-anak Yuk Ijah seperti mendengar panggilan hadiah bonus rumah semilyar datang ke rumah. Kali ini langsung saja, kenapa mereka senang sekali? Ya karena tau sendiri lah, Yuk iJah hanya bekerja sendirian dan uang untuk membeli keperluan sehari-hari itu. Jadi jangan heran bila kalian membayangkan Kang Bagus, Cece Sung, Aa’ Hasan dan si Ely kayak anak kurang gizi...(kenyataan-nya sih beda jauh 180 derajat... ==’)
“Wah, ada makanan!!” Teriak semuanya bersamaan dan menyambut kotak makanan dengan penuh haru.........norak iya.
“Eh dek Sung, emakmu mana?” Tanya Bu Sepma bersamaan.
“Tidur.”, jawaban singkat dari anak-anak ini.
“Kok tidur? Padahal tadi janji mow nabokin nyamuk di depan rumah.”, celetuk Jeng Sepma.
“Iya saya juga, nanti tolong bilang ibunya ya!” Seru Bu Restie.
Saat itu juga, nggak tahu karena lugu atau bodohnya. Bagus yang sudah dipesani ibunya ngomong kayak gini, “Oh kata ibuk, Ibuk males pengen tidur aja.”
Bisa ditebak kalau Kang Bagus dipelototin sama Cece Sung dan Aa’ Hasan. Tentu saja jitakan plus plus mendarat di kepalanya setelah ibu-ibu tadi pergi. Sebagai hukumannya, Kang Bagus nggak boleh makan nasi-nya. Begitu dibuka kotak nasinya, lempungan nasi yang cuma seiprit itu sekarang dipertanyakan oleh kedua saudara. Nasi dan lauk pauknya nggak seberapa.......biasanya orang jawa nyebut ini itu ‘Sego Kucing’. Membuat para penonton kecewa. Beda dengan Kang Bagus yang langsung menertawakannya.
“R A S A K N O!!! Mending iki!” Menunjukkan lemper penuh gigitan maut Kang Bagus.
Kayaknya salah memang membiarkan Kang Bagus memonopoli semua kue sedangkan, Cece Sung dan Aa’ Hasan kebagian nasi kucing macam ini. Tiba-tiba hal itu langsung bubar karena sesuatu. Yupz, si Ely datang dengan tergopoh-gopoh sambil berteriak. “YA, AKU TAHU SOLUSINYA!!!!”




Bersambung------- ke Part 2 ^_^
Maaf banyak ejaan salah, cz ngetik keburu-buru.

NB: Semua tokoh adalah ANAK KESURUPAN, jadi kalau tersinggung? MAAF YA!!! PEACE ^_^

5 komentar:

  1. eh.. hahaa.. gilaa, gokil tw ga...
    wes ngono jowo.an kabeh.. akakak.. ak jd ktularan jowo.an iki ngomong.e...
    katut.. hehee.. lanjutin trs res!!

    BalasHapus
  2. -.- kliatan bgt klw terlalu spontan
    tp ebuatdzbpgpzjpptgp

    BalasHapus
  3. @sung :
    eh iya ta?? yo wes tak lanjutno ae....

    @ilham :
    iya aku mikirnya ini dalam wktu 10 menit trus ngetiknya cuma perlu 2 jam klo ditotal...^_^
    maklum mental arek ndeso ya kyk gini

    @Ijah :
    po'o jah??
    sangar kan??
    sekali-kali km dadi ibuke ngono loh!!

    BalasHapus
  4. astagfirullah. fotonyaaaa
    restieeeeeeee mukakuuu --"

    BalasHapus